FOMO Adalah Fenomena Biasa, Benarkah?
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Photo by Melanie Wasser on Unsplash
FOMO adalah bahasa gaul yang muncul sekitar awal tahun 2000-an. Kata ini pasti sudah sering berseliweran di medsosmu kan, Sobat Pintar? Namun pernah ga sih, kamu bertanya-tanya pada diri sendiri, sebenarnya kamu termasuk FOMO, ga?
Â
Photo by sebastiaan stam on Unsplash
FOMO itu singkatan loh, Sobat. Tau ga, apa kepanjangannya? Kepanjangan FOMO adalah Fear Of Missing Out.
Terus, apa artinya? Arti FOMO adalah ketakutan bahwa kita sedang melewatkan pengalaman atau kegiatan menarik atau menyenangkan yang dialami oleh orang lain. FOMO cukup sering mengacu, tetapi tidak terbatas, pada interaksi yang terjadi di media sosial.
Misalnya, beberapa waktu lalu manifesting sempat ramai dibicarakan di media sosial. Karena semua orang membicarakannya, kamu pun jadi pengin tau apa itu manifesting. Rasa penasaranmu itu bisa dibilang FOMO. Akan tetapi, Sobat Pintar, FOMO pada umumnya lebih merujuk pada makna yang cenderung negatif, bahkan destruktif, alih-alih sekadar kepo.
Photo by Nik on Unsplash
Sekali lagi, enggak semua rasa penasaran sama dengan FOMO. Seseorang terbilang FOMO ketika muncul ketakutan atau kecemasan berlebihan bila sampai tertinggal sesuatu yang sedang diperbincangkan oleh banyak orang, terutama di media sosial. Nah, kapan sih kekepoan itu menjadi FOMO? Ini dia tanda-tandanya, Sobat:
Apakah kamu harus mengalami seluruh pertanda di atas baru disebut sebagai kaum FOMO? Enggak, Sobat. Seseorang yang FOMO enggak harus menunjukkan semua ciri-ciri di atas. Setiap individu bisa menunjukkan gejala yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda pula.
Sebagai contoh, ada Rian, Andi, dan Nindy yang sama-sama mengalami FOMO konser idolÂ-nya. Ketiganya gagal mendapatkan tiket konser yang sama. Meskipun merasa kecewa, Rian tetap bisa menjalani hari-harinya, melakukan hal-hal yang menyenangkan sambil mengikuti update tentang konser tersebut melalui media sosial.
Andi lebih bete, scrolling media sosial sejak sebelum sampai setelah konser berlangsung. Andi merasa bahwa ia telah melewatkan sebuah pengalaman berharga dan kehilangan kesempatan untuk bersama-sama berbagi momen spesial dengan Kpopers lainnya.
Apa yang dirasakan Nindy lebih buruk. Enggak cuma mantengin media sosial sampai kurang tidur, tetapi Nindy juga merasa iri dengan teman-temannya yang berhasil mendapatkan tiket konser. Ia merasa terasing dari circle-nya dan larut dalam perasaan kehilangan atau kelewatan momen penting dalam hidupnya. Di kelas, Nindy yang mata pandanya makin gelap, jadi lebih banyak melamun.
Pada contoh FOMO di atas, baik Rian, Andi, maupun Nindy sama-sama merasa kecewa. Namun intensitas kekecewaan yang mereka rasakan berbeda. Dampaknya pada aktivitas sehari-hari pun berbeda.
Photo by Fairuz Zaki on Unsplash
Mengapa Rian, Andi, dan Nindy, bisa sampai kecewa seberat itu? Mengapa bisa sampai muncul kaum FOMO? Tentu ada sebabnya, Sobat. Berikut beberapa penyebab mengapa fenomena FOMO ini terjadi.
Media sosial memberi kita "jendela" untuk melihat apa yang dilakukan oleh orang lain setiap saat. Ketika melihat orang lain mengalami momen yang menyenangkan atau menarik, seperti liburan, wisuda, tunangan, dan lain-lain, kita merasa tertekan karena tidak mengalami hal-hal yang menyenangkan itu. Paparan berlebihan terhadap konten yang membuat kita merasa kurang atau lacking semacam ini dapat meningkatkan perasaan FOMO.
Meskipun terjadi di dunia maya, interaksi yang terjadi di media sosial juga merupakan interaksi sosial. Sama seperti interaksi sosial di masyarakat, tak sedikit orang yang mencari validasi atau pengakuan dari orang lain melalui media sosial. FOMO bisa terpantik dari rasa tertinggal atau kurang berharga saat melihat jumlah likes dan komentar akun lain lebih banyak. Ketika tidak mendapatkan respons yang diharapkan, rasanya seperti kelewatan pengakuan yang penting.
Enggak cuma jumlah likes dan komentar, kita pun cenderung membandingkan kehidupan atau pencapaian diri sendiri dengan pencapaian orang lain. Melihat orang lain meraih kesuksesan atau mengalami momen yang menyenangkan, kita mungkin merasakan tekanan untuk mencapai atau mengalami hal yang sama. Melihat teman-teman ikut kegiatan seru, kita merasa kelewatan sesuatu yang penting.
Orang yang tidak puas dengan hidupnya sendiri cenderung lebih mudah menjadi bagian dari kaum FOMO. Ketidakpuasan itu mendorong pencarian pengalaman baru atau ikhtiar untuk memenuhi harapan sosial tertentu yang terlihat di media sosial.
Tekanan sosial untuk mengikuti tren atau terlibat dalam kegiatan tertentu juga dapat memicu FOMO. Misalnya, FOMO konser idol karena orang lain menganggap itu penting.
FOMO juga bisa muncul akibat kita merasa khawatir melewatkan sesuatu, entah itu experience, peluang karier, beasiswa kuliah, atau yang lain. Kita sendiri bisa merasakan tekanan untuk tidak melewatkan setiap peluang lantaran khawatir bila ternyata itu merupakan kesempatan emas.
Di media sosial, orang cenderung memamerkan sisi terbaik dari kehidupannya yang mungkin tidak selalu mencerminkan kenyataan. FOMO timbul lantaran melihat gambaran hidup orang lain yang tampak sangat indah, hingga kita merasa telah melewatkan kebahagiaan atau kesuksesan yang sebenarnya tidak realistis.
Photo by Prasanth Inturi on Pexels
Sebenarnya FOMO bisa dialami oleh siapapun. Akan tetapi, seperti Nindy pada contoh FOMO di atas, FOMO bisa sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Bagaimana cara mengatasinya? Ini dia beberapa tips yang bisa dicoba, Sobat Pintar.
Fokuslah pada momen, kehidupan, dan pencapaianmu sendiri, Sobat. Jangan habiskan waktu dan tenagamu untuk memperhatikan apa yang dilakukan atau dicapai oleh orang lain. Ingat, setiap orang punya perjalanan hidupnya sendiri. Yang terpenting adalah mengejar tujuan dan kebahagiaanmu sendiri.
Bikin batasan waktu penggunaan media sosial. Habiskan lebih banyak waktu di dunia nyata daripada di dunia maya. Mengurangi paparan terhadap konten yang memicu FOMO dapat membantu mengurangi perasaan cemas dan takut.
Situasi atau konten medsos seperti apa yang bikin kamu FOMO? Dengan mengetahui apa yang membuatmu merasa cemas atau takut, kamu dapat mengatasi perasaan tersebut dengan lebih baik.
Perbandingan sosial bisa memicu semangat, tetapi tak jarang malah merugikan lantaran memicu kecemasan berlebihan. Ingatlah bahwa orang cenderung memamerkan sisi terbaik kehidupannya di media sosial, padahal gambaran itu mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan.
Apa yang bisa bikin kamu senang dan gembira sekarang? Latih diri sendiri untuk hadir sepenuhnya dalam momen sekarang dan nikmati apa yang sedang terjadi dalam kehidupanmu saat ini. Praktikkan self-awareness dan bersyukur atas hal-hal kecil yang membuatmu bahagia setiap hari.
Apa prioritas dalam hidupmu? Apa tujuan hidupmu? Fokus pada tujuanmu sendiri dapat membantu mengalihkan FOMO atas kehidupan orang lain. Fokuskan energimu untuk mencapai apa-apa yang kamu inginkan dalam hidupmu sendiri.
Belajarlah untuk mengevaluasi dan memilih kegiatan yang benar-benar penting dan bermanfaat buat dirimu sendiri. Jangan takut menolak sesuatu yang mungkin tidak sesuai dengan kebutuhanmu.
Semakin kamu merasa tenteram, puas, dan gembira, semakin kebal kamu sama FOMO. Kesehatan mental itu bisa dipupuk dengan berbagai cara, bisa dengan meditasi, berdoa, beribadah, bahkan juga olahraga ataupun konseling.
FOMO terkadang dialami tanpa kita menyadari sepenuhnya. Namun ketika sudah menimbulkan kecemasan berlebihan, itulah saatnya kita harus melakukan sesuatu. Cara untuk mengatasi FOMO bisa berbeda-beda, tergantung keadaan kita masing-masing. Kalau kamu gimana, Sobat Pintar? Mau mencoba satu-dua cara di atas atau menggabungkan beberapa cara sekaligus?
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog