Tips Agar Guru Tidak Sering Multitasking
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Foto oleh Ketut Subiyanto dari Pexels
Multitasking atau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut multitugas terkadang dianggap sebagai suatu kelebihan. Di sisi lain, ada juga yang beranggapan bahwa multitasking dapat juga memberikan dampak negatif bagi seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa itu multitasking, dampak negatif multitasking, dan tips agar guru tidak sering multitasking, simak terus ulasan berikut ini sampai tuntas.
Multitasking adalah melakukan beberapa tugas atau pekerjaan sekaligus. Selain multitasking istilah lain yang dikaitkan dengan kata ini adalah task switching. Padahal, dua kata tersebut memiliki perbedaan yang sangat besar. Jika multitasking adalah melakukan beberapa tugas secara bersamaan, task switching adalah mengalihkan fokus pada kerjaan lain dalam waktu singkat karena pekerjaan itu harus segera diselesaikan baru kemudian kembali ke pekerjaan sebelumnya.
Melihat definisi multitasking dan task switching tentu saja sudah sangat jelas bahwa multitasking memang memiliki lebih banyak kelemahan dibandingkan task switching. Contoh multitasking misalnya: Guru mengikuti webinar via zoom sambil mengajar; Guru melakukan melatih siswa yang akan mengikuti lomba sambil membuat administrasi atau perangkat mengajar; membalas email sambil mengawasi siswa ujian; dan lain sebagainya.
Apa ciri-ciri orang yang multitasking? Orang dikatakan multitasking sering terlihat melakukan beberapa pekerjaan sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Alih-alih mendapatkan keuntungan ketika bekerja secara multitasking, banyak ahli justru berpendapat bahwa banyak dampak negatif yang bermunculan. Tidak hanya dari segi efektifitas kerja, dampak negatif multitasking juga dapat terjadi dari segi kesehatan.
Foto oleh Nataliya Vaitkevich dari Pexels
Di bawah ini adalah dampak negatif dari bekerja secara multitasking yang dirangkum dari berbagai sumber:
Anggapan bahwa kerja guru lebih efisien dengan multitasking ternyata tidak sepenuhnya benar. Bukannya mempercepat pekerjaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang melakukan multitasking justru mengalami penurunan produktivitas sekitar 40%. Orang atau pekerja justru membutuhkan waktu 50% lebih lama dalam menyelesaikan satu tugas dari biasanya jika melakukan multitasking. Pekerjaan yang dihasilkan pun lebih berpotensi lebih banyak error dibandingkan pekerja yang fokus melakukan satu pekerjaan.
Seperti sudah dituliskan di atas, ciri-ciri multitasking yang ditunjukkan oleh guru atau seorang pekerja adalah melakukan lebih dari satu pekerjaan sekaligus. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa pekerja akan lebih disibukkan oleh hal-hal yang tidak penting karena banyaknya informasi yang masuk secara bersamaan. Dan ternyata bekerja secara multitasking adalah salah satu faktor yang juga dianggap dapat menurunkan kecerdasan otak hingga turunnya IQ seseorang sebanyak 15 poin.
Burnout dan kecemasan adalah dua hal yang kerap terjadi karena multitasking. Kok bisa? Dengan melakukan multitasking secara terus menerus dan diikuti dengan beban kerja yang berlebihan, sangat berpotensi memicu stres. Stres dapat memicu produksi hormon kortisol di dalam tubuh yang dapat menimbulkan penyakit. Guru yang mengalami stres hingga terganggu kesehatannya karena hal ini sudah pasti akan menurun produktivitas kerjanya dan dapat merugikan siswa karena tidak dapat menjalankan tugasnya dengan optimal.
Ketika guru melakukan pekerjaan-pekerjaan secara multitasking, salah satu efek yang muncul adalah sulitnya mengatur pikiran yang menyebabkan kegagalan menyaring informasi dengan baik. Mungkin guru akan menyelesaikan beberapa tugas dalam waktu singkat, tetapi hasil kerjanya justru akan menunjukkan lebih banyak error atau kesalahan dibandingkan jika melakukan satu pekerjaan dengan fokus penuh. Apa yang terjadi? penurunan kualitas dan efisiensi kerja guru itu sendiri.
Dampak negatif multitasking lainnya adalah penurunan fokus. Hasil penelitian menyatakan bahwa pekerja yang bekerja secara multitasking lebih sulit untuk fokus pada pekerjaannya dan lebih mudah terganggu oleh beberapa hal lainnya. Otak hanya dapat menerima informasi dan memprosesnya secara efektif untuk satu hal dan tidak bisa secara bersamaan.
Pekerjaan multitasking akan membutuhkan banyak ruang pada otak manusia yang berfungsi untuk menyimpan ingatan jangka pendek. Hal ini dapat mengurangi kemampuan untuk berpikir kreatif. Terlalu banyak fokus akan menyebabkan rusaknya kinerja dan kemampuan Guru Pintar dalam memecahkan masalah secara kreatif. Nah, jangan sampai pekerjaan yang susah payah Guru Pintar kerjakan ternyata tidak maksimal karena multitasking. Mari mengusahakan untuk mengurangi bekerja secara multitasking.
Foto oleh Zhu Peng dari Pexels
Mengurangi multitasking guru adalah salah satu cara membuat pekerjaan Guru Pintar lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, Guru Pintar harus tahu strategi guru bekerja secara efektif dan juga tips supaya guru tidak terlalu sibuk. Bagaimana caranya?
Cara agar guru tidak terlalu sibuk adalah dengan membuat daftar pekerjaan yang akan dilakukan. Urutkan pekerjaan yang harus dilakukan menggunakan skala prioritas. Dengan demikian Guru Pintar dapat bekerja dengan lebih produktif.
Saat bekerja, Guru Pintar membutuhkan fokus yang tinggi untuk mencapai target yang diinginkan. Oleh karenanya, jauhkan segala sesuatu yang berpotensi mengalihkan perhatian Guru Pintar. Bagaimana caranya? Misalnya dengan mematikan HP, mematikan TV, bekerja di tempat yang tenang, dan lain sebagainya.
Guru Pintar berpotensi melakukan pekerjaan multitasking jika segala kegiatan tidak direncanakan dengan baik. Tidak memiliki jadwal akan membuat Guru Pintar bekerja secara random atau mengerjakan apapun yang diingat atau terlintas dalam benak Guru Pintar. Dengan jadwal yang rapi, maka hidup Guru Pintar juga akan menjadi lebih teratur dan terarah.
Jika tidak memumgkinkan melakukan berbagai pekerjaan sendirian, jangan sungkan untuk membentuk team work. Dengan demikian, akan ada pembagian tugas yang adil dan meminimalisir potensi Guru Pintar untuk bekerja secara multitasking.
Para ahli mengatakan switching lebih meminimalisir terjadinya error pada hasil kerja. Jika Guru Pintar merasa stuck pada pekerjaan awal yang sedang dihadapi, Guru Pintar dapat mengalihkan fokus pada tugas lain yang ada dalam list atau beristirahat sejenak untuk menyegarkan pikiran. Setelah badan terasa segar kembali atau pekerjaan yang dilakukan sudah selesai, barulah Guru Pintar dapat kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda sebelumnya.
Yuk hindari bekerja secara multitasking supaya pekerjaan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
Â
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog