4 Keterampilan yang Dibutuhkan dalam Dunia Pendidikan yang Sedang Berubah
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Photo by Anastasia Nelen on Unsplash
Guru dalam dunia pendidikan di Era Kecerdasan Buatan seperti sekarang tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan bagi siswa. Student-centered learning menjadi salah satu pendekatan pembelajaran yang terbilang relevan saat ini.
Menurut Guru Besar UPI Bandung, Prof. Dr. Suwatno, M.Si., dalam ulasannya, Inovasi Merdeka Belajar di Era Education 4.0, gagasan Merdeka Belajar sejatinya merupakan pembelajaran yang memberikan ruang kebebasan terhadap independensi dalam belajar, bersifat kontekstual, dan dijalankan secara inovatif. Untuk itu, ada beberapa keterampilan utama yang dibutuhkan agar siswa memiliki bekal yang memadai dalam pembelajaran yang merdeka atau mandiri.
Lantas sebagai tenaga pendidikan profesional, bagaimana kita mengambil peran yang tepat agar dapat menyiapkan peserta didik yang merdeka dalam belajar, Guru Pintar? Apa pula yang dibutuhkan oleh siswa agar memiliki keterampilan abad ke-21?
Â
Photo by Sebastian Pandelache on Unsplash
Dalam ulasannya, lebih jauh Prof. Dr. Suwatno, M.Si. menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran semestinya lebih dari sekadar mencari nilai, melainkan penguasaan (mastery). Siswa yang menguasai apa yang dipelajarinya memiliki kemampuan serta keterampilan nyata yang dibutuhkan di abad ke-21. Untuk itu, pembelajaran yang disampaikan oleh para tenaga pendidikan profesional sebaiknya:
Pembelajaran yang memenuhi kriteria di atas mampu membekali peserta didik dengan keterampilan kognitif, metakognitif, dan afektif. Keterampilan abad ke-21 ini penting dan dibutuhkan agar siswa mampu:
Photo by Antoni Shkraba on Pexels
Dengan menguasai keterampilan abad ke-21 di atas, kita berharap siswa memiliki bekal yang memadai untuk survive di Era Kecerdasan Buatan yang sudah mulai kita cicipi juga, Guru Pintar. Dalam laporan penelitiannya, Kompetensi Guru dalam Menghadapi Revolusi Industry 4.0, Ngafifurrohman menyebutkan bahwa revolusi industri telah mengubah berbagai sektor kehidupan.
Pada bidang pendidikan, misalnya, internet memberikan akses yang lebih luas terhadap informasi dan sumber daya pembelajaran. Guru dan siswa sama-sama dapat mengakses materi pembelajaran, ebook, dan sumber daya digital lainnya dengan mudah. Bahkan, kecerdasan buatan mulai mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran. Entah berapa kali dalam sehari siswa bertanya kepada ChatGPT, misalnya, alih-alih bertanya kepada guru.
Tak heran bila teacher-centered learning menjadi kurang relevan lagi di Era Kecerdasan Buatan ini, Guru Pintar. Peran kita tidak lagi mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan sebagai moderator atau fasilitator dalam proses pembelajaran.
Photo by Thirdman on Pexels
Dalam menjalankan peran "baru" sebagai moderator atau fasilitator pembelajaran tersebut, kita mesti menguasai empat keterampilan abad ke-21 di bawah ini agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dalam pendidikan.
Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan kita untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi secara objektif serta membuat penilaian yang logis. Di kelas, guru harus memiliki kemampuan untuk membimbing siswa agar dapat berpikir kritis melalui, misalnya, pertanyaan-pertanyaan sokratik, refleksi, dan lain sebagainya.
Berpikir kritis merupakan poin penting dalam higher-order thinking skills. Lebih dari sekadar hafalan dan pemahaman dasar, keterampilan berpikir kritis memerlukan kemampuan sintesis dan analisis. Keterampilan ini kelak dibutuhkan peserta didik untuk membuat keputusan yang matang, memecahkan persoalan yang rumit, dan beradaptasi dengan hal-hal baru.
Keterampilan berkolaborasi adalah kemampuan kita untuk bekerja secara efektif bersama orang lain dalam satu kelompok. Memupuk keterampilan siswa untuk berkolaborasi dapat dilakukan melalui projek kelompok, diskusi kelas, peer-review dan feedback, bahkan penggunaan platform belajar digital seperti Aku Pintar.
Jangan lupa, Guru Pintar, kita sendiri adalah model atau teladan bagi siswa dalam berkolaborasi. Agar siswa terampil dalam berkolaborasi, dibutuhkan keterampilan kita pula untuk berkolaborasi dengan rekan guru lain dalam, misalnya, merencanakan pembelajaran maupun pengembangan kurikulum di sekolah.
Keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan kita untuk menyampaikan informasi dengan jelas dan efektif kepada orang lain. Di kelas, misalnya, kita bisa memulai dengan memberikan instruksi yang jelas, menyimak siswa dengan saksama, memberikan feedback yang konstruktif, dan lain sebagainya.
Four-C yang terakhir adalah keterampilan kreativitas. Keterampilan ini merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan ide, solusi, bahkan produk yang baru dan inovatif. Project-based learning, misalnya, adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang mendorong kreativitas siswa, sekaligus mengembangkan kemampuannya untuk berpikir kritis dan berkolaborasi.
Seiring dengan perubahan zaman, kita sendiri juga mesti turut berbenah. Tuntutan kehidupan di Era Kecerdasan Buatan seperti sekarang dan masa yang akan datang takkan dapat dipenuhi oleh metode pembelajaran yang stagnan.
Pertanyaannya sekarang bukan lagi tentang kesiapan kita untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Akan tetapi, sebagai tenaga pendidikan profesional, pada aspek manakah kita sudah menjadi lebih baik dan aspek mana lagi yang masih harus kita tingkatkan, Guru Pintar?
ArtikelTerkaitV3
Cesium-137: Si "Siluman" Radioaktif yang Bisa Jadi Inspirasi
Sobat Pintar, pernah dengar tentang Cesium-137? Zat radioaktif ini mungkin terdengar menyeramkan, tapi tahukah kamu bahwa di balik bahayanya, ada peluang besar untuk berkarier di bidang sains dan teknologi? Yuk, kupas tuntas tentang Cesium-137 dan bagaima...
Baca Selengkapnya
Mengenal Ragam Profesi HR dan Peta Karirnya: Dari Spesialis
Human Resources (HR) atau Sumber Daya Manusia telah berevolusi dari fungsi administratif menjadi strategic business partner yang vital. Profesi di bidang ini menawarkan ragam spesialisasi dan jenjang karir yang jelas bagi mereka yang tertarik mengelola da...
Kelapa Sawit vs Kelapa Biasa: Asal Nama, Perbedaan, dan Tant
Asal Muasal Nama "Kelapa Sawit" Nama "kelapa sawit" berasal dari dua kata: "kelapa" dan "sawit". Kata "kelapa" digunakan karena buahnya menghasilkan minyak, mirip dengan kelapa biasa yang juga menghasilkan minyak (minyak kelapa). Sementara "sawit" diduga...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog