Pendekatan Saintifik Dalam Proses Pembelajaran
APSiswaNavbarV2
Tesssss Tesssss
CssBlog
redesain-navbar Portlet
metablog-web Portlet
Blog
Foto oleh Anna Shvets dari Pexels
Guru yang baik harus memahami berbagai kompetensi pedagogis supaya mampu menyelenggarakan pembelajaran yang benar-benar membuat siswa belajar. Oleh sebab itu, Guru Pintar harus memahami dan mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan saintifik atau scientific approach. Pendekatan saintifik ini sebenarnya sudah digunakan dalam kurikulum di Indonesia dengan istilah yang dikenal sebagai learning by doing yang menuntut siswa untuk belajar dengan aktif. Pendekatan ini secara formal diadopsi dalam Kurikulum 1975 dan masih sering digunakan meskipun kurikulum di Indonesia sudah berganti-ganti lebih dari 10 kali.
Foto oleh MART PRODUCTION dari Pexels
Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasi atau data, kemudian mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014). Beberapa sumber buku yang ditulis oleh para ahli juga memberikan pengertian tentang pendekatan saintifik. Pengertian pendekatan saintifik salah satunya dirumuskan oleh Hosnan (2014). Menurut Hosnan, pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang supaya siswa secara aktif mampu mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan.
Diterapkan suatu pendekatan dalam pembelajaran tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Berikut ini adalah tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran:
1. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa
2. Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah secara sistematik
3. Menciptakan kondisi pembelajaran supaya siswa merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan
4. Melatih siswa dalam mengemukakan ide-ide
5. Meningkatkan hasil belajar siswa
6. Mengembangkan karakter peserta didik
7. Melatih siswa supaya mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja
8. Melatih berpikir analitis siswa supaya memiliki keterampilan untuk mengambil keputusan dengan tepat karena tidak hanya mengandalkan cara berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghafal semata)
Dari tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di atas dapat dilihat karakterisitik pendekatan saintifik antara lain sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Daryanto (2014), mengemukakan ada lima langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran seperti dalam daftar berikut ini:
Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik yang pertama adalah mengamati. Langkah ini mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Mengamati atau observasi sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan mengamati, siswa diharapkan dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
Langkah metode saintifik berikutnya adalah menanya atau questioning. Dalam penerapan kurikulum 13 dan juga kurikulum yang akan diberlakukan yaitu kurikulum merdeka, siswa diharapkan memiliki inisiatif untuk bertanya. Sehingga tidak pasif dan hanya menunggu guru memberikan materi/jawaban. Langkah kedua dari pendekatan saintifik ini dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.
Langkah ketiga dari pembelajaran saintifik adalah mengumpulkan informasi. Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Siswa dapat membaca berbagai sumber, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang materi yang sedang dipelajari.
Langkah berikutnya adalah mengasosiasi atau mengolah informasi. Dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi ini, terdapat kegiatan menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran sendiri adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
Langkah pendekatan saintifik yang terakhir adalah mengkomunikasikan. Siswa harus diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran dalam dituangkan ke dalam beberapa model pembelajaran berikut ini:
Pembelajaran Berbasis Masalah yang sering disingkat PBM atau dalam bahasa Inggris disebut Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menyediakan masalah-masalah nyata (kontekstual) sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah bagi siswa. Melalui pembiasaan menyelesaikan masalah-masalah nyata ini, diharapkan siswa mampu untuk berpikir kritis dalam menyikapi setiap masalah yang dihadapi baik di dalam proses belajar di sekolah maupun kehidupan sehari-hari sehingga secara bertahap siswa mampu mengembangkan pengetahuannya.
Langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 (lima) tahapan yaitu:
a. Penyajian masalah nyata kepada peserta didik
b. Pengorganisasian proses penyelesaian masalah
c. Penyelidikan individual maupun kelompok
d. Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah
e. Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah
Contoh pendekatan saintifik yang satu ini saat ini sangat populer dalam dunia pendidikan. Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project-Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau rangkaian kegiatan menghasilkan produk dalam proses pembelajaran dalam upaya mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Aspek yang dikembangkan dalam model PBL adalah keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dihasilkan dalam proyek ini boleh dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain sebagainya. Langkah model pembelajaran berbasis proyek ada 6 (enam) yang kemudian dibagi lagi menjadi 3 (tiga) kelompok besar yaitu:
Tahapan ini terdiri dari beberapa langkah yaitu: penentuan tema proyek, Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek dan pengelolaannya, dan penyusunan jadwal pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, siswa akan melakukan 2 langkah berikutnya yaitu penyelesaian dengan fasilitasi dan monitoring guru; dan Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil.
Langkah ketiga hanya terdiri dari satu langkah saja yaitu Evaluasi proses dan hasil.
Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) adalah proses pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah tidak nyata atau hasil rekayasa guru sebagai sarana untuk mengantarkan siswa menemukan sendiri pemecahan terhadap masalah tersebut. Dengan menerapkan model pembelajaran menemukan ini, siswa diharapkan mampu merumuskan dan menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa serta dapat memberikan ruang untuk mengembangkan keterampilan berpikir analitis dan keterampilan berimajinasi.
Ada 6 langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran penemuan ini, yaitu:
a. Mengajukan pertanyaan
b. Pernyataan/identifikasi masalah (hipotesis)
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan/analisis data
e. Pembuktian
f. Menarik simpulan/generalisasi
Model pembelajaran inkuiri ini hampir sama dengan model pembelajaran penemuan atau discovery learning. Model pembelajaran inkuiri adalah proses pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk menemukan sendiri jawaban atas masalah yang teliti karena inkuiri memiliki arti "bertanya tentang" atau "mencari informasi". Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa menemukan masalah bukan hasil rekayasa seperti halnya pembelajaran penemuan yang menghadirkan masalah hasil rekayasa guru.
Bagaimana Guru Pintar, sudah siap menerapkan pembelajaran saintifik di kelas?
ArtikelTerkaitV3
Ini Dia Alasan Mengapa Tes Minat Bakat Jurusan SMK Penting B
Daftar 40+ Jurusan SMK di Indonesia Sobat Pintar, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 40 jurusan SMK yang bisa kamu ambil? Tentu kamu harus memilih jurusan yang sesuai dengan skill yang kamu minati. Untuk memberikan kamu referensi menge...
Baca Selengkapnya
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG): Melahirkan Guru Profe
Tentang Program Pendidikan Profesi (PPG) Sobat Pintar, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program studi yang dirancang untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan menjadi guru profesional. Program ini bertujuan meng...
Wajib Diperhatikan! Ini Daftar 10+ Alasan dan Motivasi Saat
Tentang OSIS: Sejarah Singkat dan Kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS adalah organisasi resmi di dalam sekolah. Organisasi ini sudah ada sejak tahun 1923 dengan nama PPIB (Perhimpunan Pelajar Indonesia Baru). Lalu pada tahun 1964, PPIB ...
Hai Sobat Pintar,
Yuk Cobain Aplikasi Aku Pintar Sekarang Juga!
Jutaan siswa sudah menemukan minat, bakat dan kampus impian bersama Aku Pintar. Sekarang giliran kamu Sobat!
BannerPromoBlog