Ketika berinteraksi dengan orang lain, sebagian kita memiliki preferensi untuk membuka diri atau justru memilih untuk menjadi lebih misterius. Hal ini terkait kepribadian kita masing-masing, apakah cenderung lebih ekstrover atau introver. Sebagian orang lagi mungkin bisa lebih fleksibel tergantung situasinya. Nah, kepribadian ini disebut sebagai ambiver.

Lalu, apa itu ekstrover, introver, dan ambiver? Bagaimana kepribadian akan memengaruhi caramu berinteraksi dengan orang lain hingga beradaptasi dengan lingkungan sosial? Simak informasi dan tips berikut supaya kamu gak salah langkah, Sobat Pintar.

Kepribadian Ekstrover

Photo by Kimson Doan on Unsplash

Dilansir dari healthline.com, orang-orang yang cenderung ekstrover mendapatkan energi dari dunia luar - entah itu orang, tempat, atau hal-hal lainnya di sekitar mereka. Kamu yang punya kepribadian atau kecenderungan ekstrover biasanya lebih suka mengerjakan sesuatu secara berkelompok. Kamu tak merasa kesulitan mengatur grup, membuatnya berjalan lancar, atau bahkan terjun sebagai pemimpin.

Kamu yang ekstrover juga memiliki keberanian untuk mencoba hal-hal baru. Apakah kamu percaya diri dan ramah? Tidak takut mengambil risiko atas sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya? Karakteristik seperti ini biasanya dimiliki oleh orang-orang berkepribadian ekstrover. Mungkin kamu juga mudah mengubah rencana. Sisi baiknya, kamu mudah beradaptasi dengan situasi baru. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang lebih ekstrover juga cenderung lebih inovatif.

Orang ekstrover sering merasa lebih mudah memahami dan memecahkan masalah ketika dapat membicarakannya, menyatakan kembali dengan kata-katanya sendiri, atau mencari masukan dari orang lain. Seorang ekstrover biasanya tidak mengalami banyak kesulitan saat harus mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapat - mulai dari hal kecil seperti makanan yang tidak disukai hingga emosi yang lebih dalam, termasuk perasaan sayang terhadap seseorang.

Jika memiliki kepribadian ekstrover, kamu paling baik me-recharge diri dengan ditemani orang lain. Kamu mungkin berpindah dari satu lingkungan sosial ke lingkungan sosial lainnya dan menghindari menghabiskan waktu sendirian jika memungkinkan. Oleh sebab itu, kamu biasanya memiliki teman yang banyak.

Kepribadian Introver

Photo by Pixabay on Pexels

Masih dari sumber yang sama, orang dengan kecenderungan kepribadian introver biasanya lebih berhati-hati ketika harus membuat suatu keputusan. Saat dihadapkan pada peluang baru, atau keputusan besar apa pun, kamu mungkin akan menghabiskan banyak waktu untuk berpikir sebelum menyusun rencana pelaksanaannya.

Secara umum, kamu yang introver cenderung tidak memulai percakapan dengan orang yang tidak dikenal dengan baik - bahkan dengan orang yang kamu kenal dengan baik sekalipun. Hal ini terjadi lantaran kamu cenderung memiliki preferensi sendiri untuk berdialog. Namun boleh jadi, setelah melalui refleksi internal, alasanmu tidak bercakap-cakap itu terkadang hanya untuk menghindari potensi konflik yang mungkin saja timbul nantinya. 

Seorang introver cenderung lebih tertutup dan sering menghabiskan banyak waktu dengan isi kepalanya sendiri. Berbagi pikiran dan perasaan dengan lantang itu tidak mudah bagi kamu yang introver. Kamu akan lebih mudah untuk menuliskannya, mengilustrasikannya, atau menjadikannya sebuah lagu. Kamu juga lebih mudah mendengarkan dan menimbang ide orang lain dengan hati-hati. Ketika dimintai pendapat, kamu sering menyumbangkan ide-ide yang berkualitas.

Kamu perlu mengisi ulang “bateraimu” setelah melalui hari yang panjang dengan menikmati waktu senggang sendirian? Inilah kebiasaan seorang introver. Bukan berarti kamu selalu menghindari orang, hanya saja kamu tidak memiliki jejaring sosial yang besar. Meskipun tidak mudah berteman dan merasa tidak perlu memperluas circle-mu, kamu sangat menghargai orang yang membuatmu merasa nyaman.

Kepribadian Ambiver

Photo by Oleksandr Pidvalnyi on Pexels

Menurut Science of People, seorang ambiver adalah seseorang yang menunjukkan kualitas introversi dan ekstroversi. Seorang ambiver dapat berubah menjadi keduanya tergantung pada suasana hati, konteks, dan tujuan. Dalam konteks yang tepat, dalam suasana hati yang tepat, di sekitar orang yang tepat, ambiver dapat berubah menjadi ekstrover. Dalam konteks yang sulit, ketika lelah atau rewel, atau di sekitar orang yang toxic, ambiver dapat berubah menjadi introver.

Kemampuan untuk menyeimbangkan ekstroversi dan introversi adalah sebuah aset. Sebagai seorang ambiver, kamu adalah orang yang fleksibel, dapat beradaptasi dengan berbagai konteks dan situasi dengan lebih mudah. Ambiver juga terbilang lebih stabil karena mampu menyeimbangkan antara hipersensitivitasnya introver dan sikap mendominasinya ekstrover dengan baik.

Selain itu, memiliki kepribadian ambiver berarti memiliki sifat intuitif. Ambiver tahu kapan harus angkat bicara dan kapan harus tutup mulut, kapan harus menginspeksi dan kapan harus merespons, kapan harus mendorong dan kapan harus menahan diri.

Ekstrover, Introver, Ambiver dan Pilihan Jurusan Kuliah yang Tepat

Photo by Maggie Zhan on Pexels

Salah satu hal yang bisa membuat orang dengan kepribadian yang berbeda-beda meraih kesuksesan adalah dengan memilih jurusan kuliah yang tepat. Beberapa perguruan tinggi menawarkan jurusan-jurusan yang spesifik, mengarah pada kemampuan dan membutuhkan kepribadian yang berbeda juga. Orang dengan kepribadian ekstrover, introver, maupun ambiver biasanya memiliki preferensi jurusan kuliah yang cocok dengan dirinya masing-masing.

Nah, Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP) memiliki tiga program studi atau jurusan kuliah yang pasti cocok dengan apapun kepribadianmu. Ketiganya adalah Jurusan Digital Animation, Jurusan E-Commerce Logistics, dan Jurusan Event Management. Kamu bisa menyesuaikan tipe kepribadianmu dengan jurusan kuliah yang akan membawamu pada kesuksesan. Mau tau tipsnya? Nantikan di artikel selanjutnya atau jelajahi website MNP lebih dalam yaa!