APSiswaNavbarV2

CssBlog

redesain-navbar Portlet

metablog-web Portlet

CssBlog

Blog

Tentang Quarter Life Crisis – Apa yang Kamu Ketahui?

Gaya Hidup Pelajar dan Mahasiswa

photo via medium.com

Istilah midlife crisis sempat populer, dan kini disusul oleh quarter life crisis. Jika midlife crisis biasanya dialami oleh mereka yang berusia 43-44 tahun, quarter life crisis cenderung dialami oleh kamu-kamu yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Apakah kamu tengah mengalaminya?

 

Apa yang Dimksud dengan Quarter Life Crisis?

Dalam ilmu psikologi populer, quarter life crisis digambarkan sebagai rasa cemas yang dialami seseorang terutama berkaitan dengan kualitas maupun arah hidupnya. Sebagai pelajar atau mahasiswa, mungkin wujud rasa cemas tersebut bisa terkait dengan peranmu sebagai anak, saudara, teman, atau yang lain. Bisa juga, kamu mencemaskan tentang kehidupan akademikmu, pilihan bidang studimu, cita-cita karirmu dimasa depan, apa yang ingin kamu lakukan dan capai dalam hidup, dan lain sebagainya.

 

Bagaimana Mengenali Tanda-Tanda Quarter Life Crisis?

Menurut berbagai sumber, quarter life crisis dapat berlangsung selama kurang lebih 11 bulan. Selama itu, seseorang yang mengalaminya dapat mempertanyakan tentang identitas dirinya, merasa kehilangan pijakan, atau galau karena merasa gagal tak dapat mewujudkan ekspektasinya sendiri. Tentunya, pengalaman ini akan berbeda pada setiap orang.

Apapun yang mencemaskan dan mengganggu pikiranmu adalah sesuatu yang hanya bisa dikenali oleh dirimu sendiri – terutama saat kamu berusia 20an, baik pada masa-masa lulus SMA, kuliah, atau bahkan setelah lulus kuliah. Ketika kamu mulai memikirkan tentang mau dibawa kemana hidupmu, padahal selama ini kamu asyik-asyik aja nggak kepikiran macem-macem, mungkin saat itulah kamu sedang berada dalam periode quarter life crisis.

 

Bagaimana Melalui Masa Quarter Life Crisis?

Disadari atau tidak, hampir semua orang mengalami masa-masa quarter life crisis – masing-masing pada usia, durasi, dan cara mengungkapkan yang berbeda. Namun pada intinya, ada beberapa hal penting yang sebaiknya dihindari saat kamu mulai merasa galau tentang hidupmu. Misalnya, tak perlu update status pada semua akun media sosialmu. Apa untungnya mempertontonkan kegalauanmu pada semua orang, bahkan mereka yang tak kamu kenal secara langsung? Setelah masa quarter life crisis­-mu selesai, bisa-bisa kamu malah malu mengingat kecerobohanmu itu.

Selain itu, usahakan untuk tak mencemaskan tentang masa depanmu secara berlebihan. Alih-alih mengkhawatirkan bisa atau enggak, kenapa tak habiskan saja tenaga dan waktumu untuk menekuni bidang yang kamu kuasai dan memaksakan diri keluar dari zona nyamanmu saat ini? Hasilnya pasti berbeda daripada sekedar duduk murung dan merasa khawatir.

Salah satu cara untuk mengurangi kecemasanmu adalah dengan berhenti membandingkan keadaanmu dengan temanmu – atau siapapun. Mungkin memang Tono bisa kuliah di Kedokteran UI, atau Tini lolos SNMPTN di Informatika ITB. Walaupun kamu harus mengulang SBMPTN tahun depan, misalnya, jangan minder dan terpuruk. Setiap kita menjalani hidup kita masing-masing, jadi jangan dibandingkan.

Pula, cermati kebiasaanmu sehari-hari. Perhatikan jam tidurmu agar moodmu nggak makin amburadul. Ganti keluhanmu dengan bersyukur – cobalah secara sadar mengiringi satu keluhanmu dengan satu hal baik agar lama-kelamaan kamu terbiasa fokus pada hal-hal yang positif.

Dan bila perlu, karena quarter life cirisis terasa mulai mengganggu rutinitasmu sehari-hari, temuilah guru BP/ BK, psikolog, psikiater atau mungkin orang tua untuk berbagi. Bukan ide yang buruk kok, kalau mau membicarakannya dengan teman baikmu. Tapi saat kamu dihadapkan pada keputusan yang dapat mengubah arah hidupmu, misalnya menentukan pilihan kuliah, lebih baik membicarakannya dengan orang-orang yang lebih berpengalaman.

0
330

Entri Blog Lainnya

thumbnail
thumbnail
Menambah Komentar

ArtikelTerkaitV3

Artikel Terkait

download aku pintar sekarang

BannerPromoBlog