Materi Matematika - Bilangan Kelas 7 - Belajar Pintar
BelajarPintarV3
-
Peta Belajar Bersama
-
Membandingkan Bilangan Bulat
-
Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
-
Operasi Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat
-
Membandingkan Bilangan Pecahan
-
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan
-
Perkalian dan Pembagian Bilangan Pecahan
-
Mengenal Bilangan Berpangkat Bulat Positif
-
Kelipatan Persekutuan Terkecil dan Faktor Persekutuan Terbesar
Peta Belajar Bersama
Sobat, ini nih, ada Peta Belajar Bersama Matematika di bab Pertama
Yuk, mulai belajar bersama!
Mengenal bilangan bulat
Sobat pintar, apakah kamu tahu bahwa pembagian zona waktu dunia berdasarkan GMT (Greenwich Meredian Time) menjadi standar acuan waktu dunia? Jika sekarang di Greenwich pukul 00.00 pukul berapakah di Papua?
Dengan penetapan kota Greenwich sebagai titik acuan atau titik nol waktu dunia, dapat kita lihat pengelompokan daerah dan urutannya. Pandang urutan bilangan yang ada pada Gambar 1.1. Berdasarkan GMT diperoleh sebagai berikut. Untuk menetapkan waktu Papua tambahkan waktu Greenwich sebesar 9 satuan, maka diperoleh waktu Papua adalah pukul 09.00 GMT.
Sifat-Sifat Operasi Penjumlahan dan Pengurangan pada Bilangan Bulat
Nah, Sobat Pintar. DI bagian ini, kita akan bersama mempelajari tentang mengenal sifat-sifat operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat.
Coba Sobat Pintar perhatikan beberapa soal dan jawaban dari operasi bilangan berikut:
Soal:
1. 800 + 70 = 870
2. 70 + 800 = 870
3. 650 + 30 = 680
4. 30 + 650 = 680
5. 780 – 120 = 660
6. 120 – 780 = -660
7. 580 + (-20) = 560
8. 580 – 20 = 560
Tentu kalian dengan mudah menentukan hasil dari soal-soal tersebut. Pada soal nomor 1 dan 2, posisi bilangan saling berkebalikan. Namun hasil dari kedua penjumlahan tersebut adalah sama, yaitu 870. Begitupun pada soal nomor 3 dan 4, hasilnya adalah sama, yaitu 680
Sifat 1: Komutatif
Secara umum, Jika a dan b adalah sebarang bilangan bulat, maka berlaku
Apakah sifat komutatif juga berlaku pada operasi pengurangan? Ternyata tidak. Contohnya bisa kita lihat pada soal nomor 5 dan 6. Pada kedua soal tersebut, susunan bilangan yang dikurangi dan pengurangannya saling berkebalikan. Pada soal nomor 5, hasil pengurangannya adalah 660 . Sedangkan pada soal nomor 6, hasil pengurangannya adalah -660. Ternyata, jika kita cermati hasil keduanya tidak sama. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa pada operasi pengurangan tidak berlaku sifat komutatif.
Sifat 2: Asosiatif
Selain sifat komutatif, pada penjumlahan bilangan bulat juga berlaku sifat asosiatif (pengelompokan). Secara umum, jika a, b, dan c adalah sebarang bilangan bulat, maka berlaku
Perkalian Bilangan Bulat
Sobat Pintar, apakah ada hubungan antara operasi perkalian dengan operasi penjumlahan pada bilangan bulat?
Secara umum, untuk a elemen bilangan bulat positif dan b elemen bilangan bulat, a x b diartikan menjumlahkan b sebanyak a kali.
Pada operasi perkalian juga berlaku sifat komutatif, asosiatif, dan distributif. Untuk sebarang bilangan bulat a, b, dan, c berlaku:
1. Komutatif
a x b = b x a
2. Asosiatif
(a x b) x c = a x ( b x c)
3. Distributif
Perkalian terhadap penjumlahan
a x (b + c) = a x b + a x c
Perkalian terhadap pengurangan
a x (b - c) = a x b - a x c
Perkalian dua bilangan bulat tak nol
Keterangan:
Positif (+) : Sebarang bilangan bulat positif
Negatif (-) : Sebarang bilangan bulat negatif
Faktor Bilangan Bulat
Diketahui a dan b adalah bilangan bulat. a disebut faktor dari b jika ada n sedemikian sehingga b = a × n, dengan n adalah bilangan bulat.
Bilangan Prima
Bilangan prima adalah bilangan bulat positif yang hanya memiliki dua faktor, yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Misal p adalah bilangan prima maka faktor dari p hanya 1 dan p.
Bilangan Pecahan
Sobat Pintar, ada kalanya dalam kehidupan sehari-hari kita tidak cukup dengan bilangan bulat saja. Seperti pada masalah berikut. Bagaimanakah menyatakan: (a) banyak kue yang tersisa, (b) banyak air dalam gelas, (c) panjang potongan kain.
Untuk menyatakan Gambar diatas kita perlu menggunakan bilangan pecahan. Dengan membagi menjadi bagian-bagian seperti pada Gambar diatas, kita bisa menyatakan (a) 1/4 potongan kue, (b) 3/5 gelas air, (c) 2/3 potong kain.
Pada Gambar (a) kue dibagi menjadi 4 bagian yang sama. bagian yang tersisa adalah 3 bagian. Sehingga banyak kue adalah 3 dari 4 bagian kue atau 3/4 bagian kue.
Pada Gambar (b) tinggi gelas dibagi menjadi 5 bagian sama. Bagian yang tersisa di dalam gelas adalah 3 dari 5 bagian. Sehingga banyak air adalah 2/3 gelas air.
Pada Gambar (c) panjang kain dibagi menjadi 3 bagian sama. Panjang kain yang tersisa adalah 2 dari 3 bagian. Sehingga panjang kain adalah 2/3 potong kain.
Bilangan pecahan pada pernyataan di atas adalah untuk menyatakan bagian dari keseluruhan. Jika a dan b adalah bilangan bulat, dengan b tidak sama dengan 0, maka bilangan pecahan a/b merepresentasikan a bagian dari b bagian ekuivalen.
Bagian ekuivalen yang dimaksud adalah bagian yang sama sesuai dengan objek keseluruhannya, misal panjang, tinggi, luas, berat, volume, dan lain-lain. Pada bilangan pecahan a/b, a disebut pembilang, sedangkan b disebut penyebut.
Pecahan Ekuivalen (Senilai)
Bilangan pecahan 2/4, 3/6 dapat dinyatakan dalam pecahan lain yang relatif senilai, yaitu 1/2. Pecahan-pecahan yang relatif senilai disebut pecahan ekuivalen. Perhatikan ilustrasi berikut. Bagian yang berwarna kuning jika dinyatakan dalam bentuk pecahan adalah sebagai berikut.
Pecahan ekuivalen (senilai)
Penjumlahan Bilangan Pecahan
Untuk mengetahui penjumlahan bilangan pecahan dengan penyebut yang sama, sobat pintar dapat menyimak contoh soal dibawah ini
Contoh :
Tentukan hasil dari 1/3 +2/3
Penyelesesaian :
Penjumlahan 1/3 +2/3 dapat diilustrasikan menggunakan pita pecahan berikut.
Pita Pecahan
Perhatikan bahwa 1 objek utuh (keseluruhan) pada pita pecahan di atas tersusun dari 3 bagian yang sama Sepertiga
Jadi 1/3 +2/3= 3/3 = 1
3/3 bermakna 3 bagian dari 3 bagian yang sama dan berarti 1 objek utuh.
Untuk mengetahui penjumlahan bilangan pecahan dengan penyebut yang tidak sama, sobat pintar dapat menyimak contoh soal dibawah ini
Contoh :
Tentukan hasil dari 2/3 + 1/2
Penyelesesaian :
Penjumlahan 2/5+ 1/2 tidak dapat langsung dijumlahkan karena kedua pecahan tersebut memiliki bagian keseluruhan yang berbeda.
Pita Pecahan
Untuk menjumlahkan kedua pecahan tersebut kita harus mengubah menjadi pecahan ekuivalen yang penyebutnya sama. Dalam hal ini 2/5+ 1/2 dapat ditulis 4/10 + 5/10 , karena 4/10 ekuivalen dengan 2/5 , sedangkan 5/10 ekuivalen (senilai) dengan 1/2 . Perhatikan ilustrasi menggunakan pita pecahan berikut.
Pita Pecahan
Pita Pecahan
Perhatikan bahwa 1 objek utuh (keseluruhan) pada pita pecahan ini tersusun dari 10 bagian yang sama (sepersepuluhan).
Jadi 2/5 +1/2=4/10 + 5/10 = 9/10
9/10 bermakna 9 bagian yang sama dari 1 objek utuh (10 bagian yang sama).
Perkalian Bilangan Pecahan
Sobat Pintar, untuk mempelajari perkalian bilangan pecahan Mari kita simak contoh dibawah ini
Contoh :
Untuk meracik suatu ramuan obat, seorang apoteker menuang 1/2 liter cairan X setiap satu jam selama 5 jam. Berapa liter kandungan cairan X dalam ramuan obat tersebut?
Pembahasan :
Permasalahan tersebut bisa ditulis
Perkalian pecahan dalam garis bilangan
Dengan bantuan garis bilangan di atas, didapatkan ½ x 5 = 2 ½ atau 5/2
Jadi, banyak kandungan cairan X dalam ramuan obat tersebut adalah liter
Contoh :
Seorang apoteker ingin mengambil 1/2 dari cairan Y yang ada di dalam botol. Jika banyak cairan dalam botol adalah 4/5 bagian. Tentukan banyak cairan yang diambil oleh apoteker tersebut.
Pembahasan :
Bentuk permasalahan tersebut dapat diubah menjadi bagian dari cairan Y dalam botol. Jika dituliskan dalam perkalian
Untuk memahami perkalian dua bilangan pecahan agak sulit jika menggunakan garis bilangan. Kita bisa menggunakan pita bilangan untuk mengilustrasikan perkalian dua bilangan pecahan tersebut.
Perkalian menggunakan pita pecahan
Perhatikan daerah yang dikenai arsiran biru dan arsiran kuning. Daerah yang terkena arsiran biru dan kuning ada 4 bagian dari 10 bagian yang sama atau 4/10
Jadi 4/5 x 1/2 = 4/10
Menyatakan Bilangan Desimal menjadi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
Nah, Sobat Pintar. Di bagian ini kita akan bersama mempelajari tentang Bilangan Berpangkat.
Bilangan berpangkat juga dikenal dengan istilah bilangan eksponen. Saat di Sekolah Dasar kalian sudah mengenal bilangan berpangkat bulat positif (asli). Misal 23 dibaca “dua pangkat tiga”, 102 “dibaca sepuluh pangkat dua” dan lain sebagainya. Salah satu alasan penggunaan bilangan berpangkat adalah untuk menyederhanakan bilangan desimal yang memuat angka (relatif) banyak. Misal bilangan 1.000.000 dapat dinotasikan menjadi bilangan berpangkat 106 . Bilangan desimal 1.000.000 memuat tujuh angka dapat diubah menjadi bilangan berpangkat 106 yang hanya memuat tiga angka.
Mengubah bilangan desimal yang memuat angka yang banyak menjadi bilangan berpangkat bisa dilakukan asalkan nilainya tetap. Dalam kegiatan ini, kalian akan diajak untuk mengenal bilangan berpangkat lebih banyak, memahami cara mengubah notasi bilangan desimal yang memuat banyak angka menjadi bilangan berpangkat, serta membandingkan bilangan-bilangan berpangkat.
Secara umum, bilangan berpangkat dapat dinyatakan dalam bentuk ab dengan a dan b adalah bilangan bulat. a disebut bilangan basis atau pokok, sedangkan b disebut eksponen atau pangkat. Namun dalam materi ini yang akan kita bahas cukup bilangan berpangkat bulat positif (asli). Untuk menyatakan bilangan berpangkat bulat menjadi bilangan desimal, kalian cukup mengubahnya dalam bentuk perkalian, kemudian menentukan hasil kalinya. Namun, bagaimana cara menyatakan bilangan desimal menjadi bilangan berpangkat. Untuk menyatakan bilangan desimal menjadi bilangan berpangkat, salah satu caranya adalah dengan menentukan faktor-faktornya terlebih dahulu.
Berikut ini beberapa bilangan desimal yang dinyatakan dalam bilangan berpangkat bulat positif.
Kelipatan Persekutuan
Apa yang Sobat Pintar tahu tentang kelipatan persekutuan?
Berikut penjelasan tentang kelipatan persekutuan.
Daftarlah sepuluh kelipatan bilangan berikut secara urut dari yang terkecil hingga terbesar. Kelipatan yang dimaksud adalah kelipatan bilangan bulat positif. Perhatikan Tabel berikut.
Dari Tabel diatas daftar bilangan-bilangan yang sama antara kelipatan 1 dan 2 adalah 2, 4, 6, 8, dan 10 Bilangan 2, 4, 6, 8, dan 10 disebut sebagai kelipatan persekutuan dari 1 dan 2. Sedangkan 2 disebut Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari 1 dan 2.
Menentukan KPK dengan Faktorisasi Prima
Mari kita simak contoh soal dibawah ini
Contoh :
Tentukan KPK dari 90 dan 168.
Penyelesaian :
Langkah 1: menyatakan bilangan 90 dan 168 ke dalam bentuk faktorisasi prima. Untuk menentukannya bisa menggunakan bantuan pohon faktor, sebagai berikut.
90 = 2 x 32 x 5
168 = 23 x 3 x 7
Langkah 2: Mengalikan semua faktor-faktor pada masing-masing bilangan dengan ketentuan: Jika terdapat faktor prima yang sama pada kedua bilangan, maka dipilih yang pangkat tertinggi.
KPK dari 90 dan 168 adalah 23 × 32 × 5 × 7 = 2.520.
Menentukan KPK dengan Pembagian Bersusun
Mari kita simak contoh soal dibawah ini
Contoh :
Tentukan KPK dari 9, 15, dan 42.
Penyelesaian :
Langkah 1: Bagi ketiga bilangan tersebut secara bersusun hingga hasil bagi semua bilangan adalah 1, seperti berikut.
Keterangan:
Tanda panah merah berarti bilangan tersebut tidak terbagi habis oleh pembaginya.
Langkah 2: Kalikan semua pembagi
KPK dari 9, 15, dan 42 adalah 3 × 2 × 7 × 5 × 3 = 630
Materi Matematika SMP - 7 Lainnya
footer_v3

Bersama Aku Pintar temukan jurusan kuliah yang tepat
sesuai minat dan bakatmu.
Aku Pintar adalah perusahaan teknologi informasi yang bergerak dibidang pendidikan, nama perusahaan kami adalah PT. Aku Pintar Indonesia
Kontak Kami
Grand Slipi Tower Lt. 42
Jl. S. Parman Kav 22-24
Jakarta Barat
© 2023 Aku Pintar. All Rights Reserved